Saat indah yang pernah terlewati Bukan satu cerita yang tak bertepi Terpatri dalam sebuah hati *courtesy of LirikLaguIndonesia.Net Saat langkah telah menjadi kisah Bukan satu jejak yang tak berarti Terukir indah dalam sebuah kenangan
Jika Tuhan ijinkan kita tuk bersatu Maka takkan ada yang sanggup pisahkan kita Jika Tuhan ijinkan kita tuk selamanya
Maka selamanya cinta kita kan selalu abadi
Walau kita telah termiliki Percaya cinta kita takkan terhapus masa woo
Jika Tuhan ijinkan kita tuk bersatu
Maka takkan ada yang sanggup pisahkan kita Jika Tuhan ijinkan kita tuk selamanya (untuk selamanya)
Maka selamanya cinta kita kan selalu abadi
Jika Tuhan ijinkan kita tuk bersatu Maka takkan ada yang sanggup pisahkan kita Jika Tuhan ijinkan kita tuk selamanya
Steven William, salah satu aktor pendatang baru di dunia seni peran layar kaca. Sinetron Unggulan Indosiar yang tayang per 7 Juni 2010 setiap Senin sampai Jumat pukul 16:30 WIB. Dibawah arahan Rudi Aryanto dan Bobby M, penyuka makanan fried chicken ini beradu akting dengan Yuki Kato dan aktor/aktris lainnya.
Stefan William Umboh ini telah membintangi beberapa judul film, diantaranya, Best Friend dan Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets. Stevan William lahir di California (USA), 11 Agustus 1993 ini memiliki hobi maen games, basket, dan futsal. Stefan yang bercita-cita jadi sutradara ini sangat mengidolakan aktor Leonardo DiCaprio. Hal yang paling dibenci dari putra pasangan Klinton-Ellen ini adalah dibohongi.
Stefan William udah lulus SMA dan siap-siap mau kuliah. "Aku rencananya pengen kuliah tahun ini juga. Pengennya sih kuliah di IKJ karena pengen jadi sutradara. Selain itu, aku juga pengen ngambil jurusan komputer di Binus. Dua-duanya aku suka, kita lihat aja nanti mana yang lebih aku sukai," ujar Stefan saat berkunjung di studio Tabloid Gaul, Kamis, 22 Juli 2010.
Makna sahabat di mata Stefan William:
"Sahabat itu selalu saling membantu dan menolong di saat susah dan senang. Jadi sahabat itu udah kayak sodara karna kita bisa saling curhat dan membicarakan hampir semua hal."
Cc - http://rynabeby.blogspot.com/2010/09/biodata-stefan-william-2.html
Yuki Anggraini Kato atau lebih dikenali dengan panggilan Yuki Kato adalah pemeran Indonesia. Yuki Kato lahir di Malang, 2 April 1995 (18 tahun). Yuki Kato mulai dikenal setelah membintangi sinetron "Monyet Cantik" produksi Starvision bersama dua rekannya, Irshadi Bagas dan Esa Sigit. Selain menjadi pemeran utama dalam sinetron Heart Series dan My Love, Yuki yang hobi bersepeda dan membaca buku ini juga bermain bersama Raffi Ahmad dan Laudya Chintya Bella dalam Jodoh Arietta berperan sebagai adik Raffi Ahmad.
Selain berbakat besar dalam dunia akting Yuki juga pernah menunjukkan pontensi dalam bidang nyanyian apabila dia tampil berduet lagu OST My Heart dengan Irshadi Bagas dalam acara My Heart By Request di SCTV. Dan pada tahun 2010 Yuki kembali membintangi sinetron yang berjudul Arti Sahabat. YUKI berperan sebagai Ajeng. Dan lawan mainnya adalah Steven William Umboh berperan sebagai YUDHA.
Orang Tua Yuki Kato bernama Takeshi Kato,seorang Project Manager sebuah perusahaan besar di Jepang dan saat ini berada di Jepang dan datang setiap 3 bulan sekali untuk mengunjungi putri kesayangannya di Indonesia. Yuki Kato memiliki adik bernama Reina Kato. Yuki tinggal bersama ibu dan adiknya di Kota Wisata, Cibubur. Yuki sangat dekat dengan Keyna, Seisha, dan teman-teman se-Fajar Hidayah, juga dengan Amora, Fanie, dan teman-temannya se-Pilar Indonesia. Dia gemar bermain basket dan suka memakai sepatu Converse. Dan dia juga lebih singkat dipanggil Yuangka (yuki anggraini kato).(id.wikipedia)
Dimas
adalah anak orang kaya raya. Orang tua Dimas adalah pemilik perusahaan Semen di
Gresik. Dimas tinggal bersama kedua orang tuanya dan adik perempuannya yang
masih berusia 7 tahun di Surabaya dan sekarang Dimas telah berusia 17 tahun. Di
sebuah rumah yang megah Dimas dan keluarganya hidup. Tetapi, perusahaan orang
tua Dimas bangkrut karena ditipu oleh teman bisnisnya. Sejak saat itu, Rumah
dan isinya disita oleh bank. Dimas dan keluarganya harus keluar dari rumah itu
dan akhirnya mereka tinggal di rumah kontrakan mereka disuatu perkampungan.
Kondisi keluarga Dimas yang saat ini
membuat keluarga Dimas menjadi berantakan. Dimas tidak terlalu peduli dengan
keluarganya, Ibu Ratih (ibu Dimas) pergi meninggalkan suami, dan kedua anaknya
karena ibu Ratih tidak mau hidup miskin dan tinggal di rumah yang kecil itu.
“aku mau pergi dari rumah ini. Aku sudah tidak
tahan lagi kalau lama-lama tinggal disini. Aku juga mau menikah lagi dengan
orang yang lebih kaya dari kamu” kata Ibu Ratih
“Tapi
ratih, gimana nasib anak-anak kita kalau kamu meninggalkan kami?” kata pak
Burhan
“anak
kita? Enak aja! Itu anak kamu, bukan anak aku. Yaa.. Kamu jaga baik-baik anak
kamu itu. Aku mau pergi sekarang” kata Ratih. Ibu Ratih pergi meninggalkan
keluarganya dan hidup bersama keluarga barunya. Dimas selalu mementingkan dan
memperdulikan hidupnya sendiri tanpa memperdulikan keadaan keluarganya yang
saat ini berantakan. Dimas juga tidak terlalu dekat dengan adiknya.
Mutia
(adik Dimas) menangis dikamarnya melihat kedua orang tuanya bertengkar dan
ibunya yang pergi meninggalkannya. Tidak lama kemudian, Dimas pulang dari
sekolah. Dimas dikeluarkan dari sekolah karena biaya sekolah Dimas belum
dilunasi selama 5 bulan. tetapi, pak Burhan tidak tahu kalau Dimas dikeluarkan
dari sekolah.
Beberapa hari keluarga pak Burhan
tinggal di rumah kontrakannya, Mutia terserang penyakit DBD. Akhirnya Mutia
meninggal dunia karena keluarganya tidak mampu membawa Mutia ke Rumah Sakit. Pak
Burhan juga menderita sakit stroke semenjak pak Burhan di tinggal oleh
istrinya. 2 bulan setelah Mutia meninggal dunia, Pak Burhan juga meninggal
dunia. Kini Dimas tinggal sendiri tanpa kedua orang tuanya dan adiknya.
Akhirnya Dimas pergi dari rumah kontrakannya karena Dimas tidak mampu membayar
uang kontrakannya dan kini Dimas mencari tempat tinggal yang lain.
Dimas pergi ke suatu tempat yang
jauh dari perkampungan yang ia tempati bersama keluarganya. Dimas membuat rumah
yang sederhana dari kardus di pinggir pohon besar di tengah-tengah perdesaan
yang terpencil. Di rumah kardus itu Dimas hidup sendiri. Beberapa hari Dimas tinggal
di desa itu, Dimas berteman dengan anak perempuan seusianya. Dia bernama Resa.
Hari-hari Dimas di temani oleh Resa. Suatu hari, mereka saling cerita tentang
keluarganya.
“Kenapa
kamu sendiri? Mana keluarga kamu? Orang tua kamu dan saudara-saudara kamu?”
Tanya Resa.
“Disini
aku sendirian. Ayah dan adikku meninggal dunia, mereka meninggal karena
penyakit yang mereka derita. Sedangkan Ibuku pergi meninggalkan kami karena
ayahku mengalami kebangkrutan, dan ibuku menikah lagi dengan orang lain” jawab
Dimas.
"Ou, yang sabar yaa..
Memangnya Ayah dan adik kamu menderita sakit apa?” Tanya Resa
“Almarhum
ayahku menderita sakit Stroke semenjak beliau ditinggal pergi oleh ibuku,
sedangkan almarhuma adikku menderita sakit DBD. Keluarga ku tidak membawa adikku
ke Rumah Sakit, karena orang tua aku tidak bisa membayar biaya pengobantan di Rumah Sakit, dan akhirnya
adikku meninggal dunia. Ngomong ngomong, kamu asli orang sini ya?” Kata Dimas
“Engga
juga. Aku asli orang Jakarta. Perusahaan orang tua aku bangkrut gara-gara
perusahaan orang tuaku ditipu sama teman bisnisnya. Rumahku dan seisinya disita
oleh bank dan akhirnya aku dan keluargaku pindah ke desa ini. Dulu waktu aku
masih di Jakarta sangat berbeda denga aku yang sekarang tinggal di perdesaan
ini, dulu hidupku enak sekali minta ini itu selalu terpenuhi. Tetapi sekarang
keluargaku serba kecukupan, jadi aku harus mebiasakan diri hidup sederhana
tidak seperti dulu aku yang suka menggunakan uang orang tuaku untuk hal yang
tidak penting. Kalau kamu? Asli orang mana?” kata Resa
“aku
asli orang Surabaya. Cerita keluargaku sama seperti kamu. Perusahaan orang tua
aku juga mengalami kebangkrutan karena ditipu oleh teman bisnis orang tuaku.
Hidupku dulu juga terpenuhi tapi sekarang aku tidak punya apa-apa kecuali rumah
kardus buatanku ini. Yaa.. meskipun kecil tapi lumayan untuk tempat berlindung
dan beristirahat disini.” Kata Dimas
“kamu
jangan sedih ya, kan masih ada aku yang menemani kamu” kata Resa
“iya,
makasih ya Res. Oh ya res.. Gimana saudara-saudara kamu? Apa kamu anak
satu-satunya?” Tanya Dimas
“aku
punya 2 saudara, satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Aku anak kedua
dan aku perempuan sendiri diantara saudara-saudaraku. Aku sangat menyayangi
mereka, tapi mereka lebih dulu meninggalkan aku dan kedua orang tuaku. Dulu,
waktu liburan aku dan keluargaku berlibur ke Bali. Di tengah-tengah perjalanan
pulang, kami mengalami kecelakaan. Mobil yang kami tumpangi menabrak truk,
kakak dan adikku meninggal dunia dan hanya aku dan kedua orang tuaku yang
tertolong” jawab Resa
“Ou,
semoga amalnya di terima disisi-Nya” kata Dimas
“Iya,
Amin. Makasih ya Dim” kata Resa
Setelah lama mereka berdua saling
bercerita tentang keluarganya, Dimas dan Resa pergi jalan-jalan keliling desa.
Dimas dan Resa istirahat di bawah pohon beringin yang besar dan mereka duduk
berdua dan saling bercerita.
“eh
Dim, hobi kamu apa?” Tanya Resa
“apa
yaa..?? hehee.. Sejak kecil aku suka berenang sama teman-teman sabayaku. Aku
nggak mau renang kalau nggak di rumahku. Rumah yang aku tinggali sama
keluargaku sebelum orang tuaku bangkrut ada kolam renang yang biasanya aku buat
renang bersama teman-teman sebayaku. Kalau kamu res?” kata Dimas
“Sejak
kecil aku suka menggambar dan mewarnai. Almarhum kakekku sangat berbakat dalam
melukis, menggambar, dan juga mewarnai. Beliau sangat suka melukis pemandangan.
Dulu almarhum kakekku yang mengajari aku menggambar dan mewarai, tetapi sejak
almarhum kakekku meninggal dunia, aku belajar menggambar dan mewarnai sendiri.
Oh yaa.. kamu suka nggak menggambar atau mewarnai?” kata Resa
“Suka
tapi sedikit, hehee.. dari dulu nggak ada yang mengajari aku menggambar dan
mewarnai. Jadi aku tidak terlalu berbakat dalam menggambar dan mewarnai, nggak
seperti kamu yang berbakat dalam menggambar dan mewarnai” kata Dimas
“Hahaa..
bisa aja kamu.. Kalau gitu kita gambar sama mewarnai bareng-bareng yukk.. kita
gambar pemandangan desa ini” kata Resa
“Oke!”
kata Dimas
Setelah mereka duduk dan
beristirahat mereka pulang ke rumah Resa. Mereka berdua menggambar
pemandangan disekitar rumah Resa.
“eh,
Res. kamu ganbar apa? Waa.. bagus banget gambaran kamu” kata Dimas
“hehee..
makasih Dimas.. Ini aku gambar posisi rumah aku. Di tengah-tengah desa yang
terpencil ini rumah aku berada dan di kelilingi oleh pohon-pohon besar yang
membuat suasana rumah aku menjadi sejuk” kata Resa
“Hhmmm..
iya bener. Kalau gitu aku juga gambar rumah kardus aku. Di bawah pohon besar
yang melindungi rumah kardus aku dari sinar matahari, yang membuat rumah aku
terasa tidak terlalu panas.” Kata Dimas
“hahaa..
Dimas , Dimas..” balas Resa
Mereka berdua menggambar rumah
mereka yang saat ini mereka tempati. Rumah yang ada di tengah desa yang
terpencil dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang membuat rumah mereka
terasa sejuk.
“eh
liat ini, bagus kan gambaran aku..” kata Dimas
“Iya,
ini bagus banget Dim. Waaa.. ternyata kamu jago gambar juga yaa..” kata Resa
“hahahaa..
yaiyalah , Dimas gituloo” kata Dimas
Dimas dan Resa saling ketawa bareng
melihat gambaran mereka dan anak-anak kecil yang bermain kejar-kejaran di depan
rumah Resa. Anak-anak kecil disini banyak yang tidak sekolah karena kondisi
keluarga mereka yang tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sehingga
anak-anak kecil di desa ini waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar
mereka habiskan untuk bermain bersama teman-temannya. Dimas dan Resa ingin
mengajak mereka untuk menggambar dan mewarnai, supaya mereka bisa menggambar
dan mewarnai dan hari-harinya tidak selalu dihabiskan untuk bermain.
“eh
adik , adik.. mau apa enggak kakak ajari menggambar dan mewarnai??” Tanya Dimas
“
Mau kaaaaakkk..” jawab anak-anak kecil
“Kalau
gitu ayo ikut kakak ke rumah kakak.. tapi rumah kakak agak jauh dari sini,
tidak apa-apa kan..??” kata Dimas
“iya,
gak apa-apa kak” kata anak-anak kecil
“tapi
sebelumnya kalian harus berpamitan dulu sama orang tua kalian, supaya mereka
tidak kebingunan mencari kalian, atau kalian boleh mengajak orang tua kalian
buat nganterin kalian ke rumah kakak. Nanti kita jalan bareng-bareng kesana”
kata Dimas
“iya
kak. Sebentar ya kak, kita pulang dulu” kata anak-anak kecil
“iya,
kakak tunggu disini” kata Dimas
“eh
Dim, aku masuk rumah dulu ya.. aku mau ambil kertas buat gambar sama krayon
buat mewarai” kata Resa
“ohh..
iya res.. aku tunggu disini ya” kata Dimas
Beberapa saat kemudian, anak-anak
kecil bersama orang tuanya datang dan mereka segera pergi ke rumah Dimas untuk
melihat anak-anaknya yang akan diajari menggambar dan mewarnai. Mereka jalan
bersama dari rumah Resa ke rumah Dimas. Di perjalanan Dimas dan Resa mengajak
anak-anak kecil untuk bernyanyi bersama agar mereka tidak merasa kecapek’an
karena perjalanannya lumayan jauh
“adik-adik,
kita nyanyi bareng-bareng yukk..” kata Dimas
“yee..
kita nyanyii” kata anak-anak kecil
“Bintang
kecil dilangit yang biru.. amat banyak menghias angkasa.. aku ingin terbang dan
menari.. jauh tinggi ketempat kau beradaa..” sepanjang perjalanan mereka
bernyanyi bersama-sama
“akhirnya
kita sampai juga. Kalian boleh gambar apa saja terserah adik-adik. Apa yang
adik ingin gambar silahkan digambar. Oh yaa, Orang tuanya boleh membantu
anak-anaknya..” kata Dimas
“Ini
kakak Resa kasih kertas buat gambar, sekarang adik-adik gambar yang bagus yaa..
disini kak Dimas dan kak Resa akan mengajari menggambar dan mewarnai adik-adik
semua” kata Resa
“nama
adik siapa? adik mau gambar apa?” Tanya Dimas
“nama
aku Putri kak. Ini kak, aku mau gambar pesawat. Jelek ya kak..?? L”
kata putri (salah satu dari mereka)
“ohh..
Enggak.. Ini bagus kok pesawatnya. Kenapa Putri kok gambar pesawat? Kenapa
tidak gambar gunung atau rumah? Seperti teman-teman Putri yang lain?” Tanya
Dimas
“Enggak
kak.. Soalnya Putri ingin naik pesawat. Tetapi orang tua Putri tidak punya uang
buat naik pesawat yang ada di langit-langit itu kak. Jadi, Putri Cuma bisa
gambar pesawat-pesawat itu. Putri sering gambar pesawat di rumah, tapi gambar
pesawat Putri kurang bagus kak. Kakak bantuin Putri gambar pesawat yang bagus
yaa kak..” kata Putri
“Iya,
kakak bantuin. Kalau putri mau gambar pesawat, Putri harus gambar tubuhnya
dulu, baru sayap-sayapnya. Sini kakak buatin pesawat, nanti Putri contoh
pesawat buatan kakak. Nii pesawatnyaa.. bagus kan..??” kata Dimas
“Waa..
bagus kak.. Putri coba gambar ya kaak..” kata Putri
Di depan rumah Dimas, Dimas dan Resa
mengajari anak-anak kecil menggambar dan mewarnai. Mereka sangat bahagia bisa
menggambar dan mewarnai.
“kak
Resa, ini gambar rumah buatanku. Bagus kan kak?” , “kak ini gambar gunung
buatanku, bagus juga kan kak?” , “gambar pohon besarku juga bagus kan kak? blab
la blaa..” tanya anak-anak kecil
“gambaran
kalian bagus-bagus, kakak bangga sama kalian” kata Resa
Setelah mereka menggambar dan
mewarnai, Dimas dan Resa mengajak anak-anak kecil bermain dan membuat lingkaran
yang besar. Mereka membuat lingkaran yang mengelilingi Dimas dan Resa, mereka
semua bernyanyi bersama, setelah bernyanyi mereka bergandengan dan melompat
bersama. SELESAI
Ini adalah
desa fairyland . Semua yang tinggal disini adalah para peri, tidak hanya
manusia peri pun mempunyai kehidupan sama seperti manusia. Peri peri itu
bertugas menyuburkan bunga-bunga hingga bermekaran dengan indahnya . Jika bunga-bunga
telah tumbuh dengan indah maka tumbuh lah bunga suci di flowerland, karena
bentuk bunga itu putih dan suci, para peri menyebutnya snow flower. Bunga itu
adalah bunga terindah dari bunga-bunga lainnya. konon siapapun yang mencium
snow flower cinta mereka akan abadi untuk selamanya.
Di pagi hari
yang cerah terlihat lah aktivitas para peri dengan senyum yang menyejukan hati.
Di pelosok desa terdapat rumah kecil dengan cerobong asap diatasnya dan kebun
buah jeruk yang sederhana. Disana tinggallah seorang peri yang bernama Tama,
peri yang sebatangkara, hidup hanya sendiri tanpa senyuman. Penduduk fairyland
menyebut Tama adalah peri monster. Tidak ada yang menemaninya . Keadaan
tersebut membuat Tama semakin naik darah dan kesal. Dulu Tama dikenal dengan
peri yang periang, namun suatu ketika terjadi bencana terhadap ayah dan
ibunya, Tama menjadi peri yang pemarah . Ayah dan ibunya dibuang dan diasingkan
entah kemana oleh raja peri karena mereka telah memetik bunga
terlarang. Padahal mereka mencari bunga terlarang itu untuk mengobati Tama yang
terkadang sihirnya tidak bisa digunakan.
Ketika malam
tiba Tama berbaring diantara pohon pohon jeruk peninggalan ayah dan ibunya. Ia
melamun sambil melihat bintang diatasnya, terlihat sosok ayah dan ibunya. Rupanya
ia merindukan kedua orang tuanya, dan kemudian ia menangis. Tak sadar ternyata
cairan kental warna merah keluar begitu saya dari mulutnya. Tama menghapus
darah itu sambil tersenyum dan menangis. Tidak terasa ternyata ia tertidur
disana.
“hey, hey
bangun”
terdengar suara dari telinga tama, masih dalam setengah sadar Tama pun perlahan
lahan membuka matanya, Tama terkejut heran dan berkata
“hah , siapa kamu ?”
“aku nick, siapa nama mu?”
“pergi kamu !”
Tama pun berlari dan masuk ke rumahnya.
Tama diam dan
berfikir, ia heran mengapa laki laki itu berada disana. tidak lama Tama berdiam
diri, lalu ia bergegas untuk menyirami pohon-pohon jeruknya. Dengan
kekuatan peri yang dimiliki, ia mengusap-usapkan kedua tangannya dan berbuahlah
pohon itu. Kemudian Tama pergi untuk menjual buah
jeruk hasil perkebunannya itu. Ketika di tengah keramaian, semua peri
menghindar dari hadapan Tama. Dari jauh pandangan ada sesuatu yang perlahan
lahan mendekat, ternyata peri yang tadi pagi membangunkan Tama dari tidurnya.
Tama terkejut dan berlari, tanpa sadar buah yang ia bawa jatuh berhamburan
begitu saja. Nick memungutnya dan menaruh buah itu di kebun jeruk Tama.
Sudah cukup
banyak bunga yang bermekaran di desa fairyland dan kemungkinan besar SnowFlower
akan tumbuh. Para peri sudah sangat menanti kedatangan SnowFlower, namun entah
apa yang terjadi tiba-tiba bunga-bunga di Fairyland layu, kering dan mati.
Semua peri kecewa akan hal ini, mereka tetap berusaha menghidupkan
kembali bunga yang sudah mati itu. Namun tidak ada hasil, bunga bunga itu tetap
saja mati. Tama menghampiri salah satu bunga yang sudah mati itu dan para peri
yang lain menjauh bahkan mencemooh Tama. Dengan kekuatannya Tama mencoba
menghidupkannya, alhasil bunga itu hidup dan bermekaran. Para peri yang melihat
dari kejauhan heran dan menghampiri Tama. Tama tersenyum
dan.. Praaaaakkkkkkk !!
Tama terjatuh dan pingsan. Tidak ada satu pun yang berani mendekati Tama.
Kemudian sang pahlawan menghampiri.
“Kenapa pada
bengong, cepet tolongin dia !!.”
seru Nick dengan nada tinggi.
Mendekatlah
semua para beri yang terbengong itu. Tama dibawa ke rumah salah seorang peri
tua, mereka menyebutnya tabib.
“Peri kecil
ini mempunyai kelebihan dari peri peri lain, tingkatan sihirnya
lebih besar dari peri manapun, tapi sayang energi yang ia miliki hanya
sedikit, sihir peri kecil ini memakan energi yang cukup banyak, semakin ia
sering menggunakan sihir semakin bahaya bagi dirinya, sesudah menggunakan ia
bisa tak sadarkan diri untuk berhari hari bahkan untuk selamanya.” Penjelasan
tabib.
Penjelasan
tabib itu membuat para peri yang ikut mengantar Tama tercengang heran.
***
Satu hari berlalu Tama belum siuman juga. Semakin banyak peri yang berdatangan
mengunjungi Tama di kediaman tabib itu.
“Hey tabib, apa yang harus kami lakukan agar peri kecil ini siuman ?”
teriak salah satu peri dari jarak yang agak jauh.
“hanya ada satu cara agar peri kecil ini bangun.” jawab sang tabib
“Apa??” sahut para peri serempak
“Memberikan energi untuk peri kecil ini.”
“Memberikan energi ? itu bisa membahayakan diri kita tabib.”
“Jadi kalian lebih mementingkan diri kalian sendiri, kalian itu peri atau setan
sih!” sanggah Nick dengan hati yang kesal sambil berjalan menuju tabib dan
berkata,
“Pak tabib aku ingin memberikan sebagian energi ku untuk peri kecil ini”
“Aku juga”
“Aku juga”
“Aku juga”
Dan akhirnya semua peri memberikan energinya untuk Tama.
Tama
terbangun dengan mata yang sayu dan badan yang lemas.
“Dimana aku ?” tanya Tama sambil celingak celinguk melihat keadaan sekitar.
“Kamu dirumah ku nak” jawab tabib dengan senyuman.
“Akhirnya peri kecil bangun juga” sambar Nick dengan gembira.
“Kamu lagi, ngapain kamu disini ? kenapa disini banyak peri ?”
Sang tabib
menceritakan dengan detail kejadian yang dialami Tama. Lalu tama kembali ke
istana kecil miliknya dengan ditemani Nick. Mereka berdua berbincang bincang
dan mulai berteman akrab.
***
Pagi hari hari yang cerah, udara begitu sejuk, kicauan burung banyak terdengar
dan rumput rumput pun menari akan angin yang sepoi sepoi. Pertama Tama mencoba
untuk memekarkan bunga yang ada di depan rumahnya itu. Berhasil, ia berhasil
menjadikan bunga itu indah. Buah jeruk sudah panen, Tama pun memetiknya, ia
berniat untuk membagi-bagikan hasil panennya untuk penduduk Fairyland dalam
rangka ucapan terimakasih atas bantuannya kemarin. Langkah demi langkah ia
jalani, ia melihat sekitar. Betapa buruknya desa fairyland ini. Tak ada satupun
bunga yang bermekaran yang ada hanya bunga mati yang tak pantas untuk
dipandang. Dengan kekuatan yang ia miliki, ia mencoba menghidupkan bunga yang
mati. Satu per satu bunga kini bermekaran dengan warna warna yang indah.
Disaksikan oleh peri peri yang lain, lalu mereka bekerja sama memekarkan
bunga-bunga dengan senyum, tawa, dan bahagia.
Butiran-butiran
salju turun, pertanda Snow Flower akan tumbuh. Sebenarnya itu bukan
butiran salju, melainkan serbuk-serbuk putih dari Snow Flower. Mengetahui hal
tersebut para peri mendatangi ladang flower untuk menyaksikan indahnya Snow
Flower. Tama berjalan di bopong Nick sambil tertatih-tatih dengan energi yang
sangat sedikit.
“Kamu gak papa ?” tanya Nick sambil melihat wajah Tama.
Pemandangan indah yang luar biasa sedang disaksikan oleh semua peri, Tama dan
Nick.
“Seandainya saja ada ibu dan ayah ku” ucap Tama dalam hati sambil meneteskan
air mata..
Praaaakkkkkk.. Tama terjatuh.
Pemandangan indah dialihkan begitu saja, semua mata dan perhatian tertuju ke
Tama. Mereka semua menghampirinya dan berusaha memberikan energi untuk peri
kecil itu. Sayang sudah terlambat, Tama mati di ladang flower, di temani dengan
Snow Flower dan juga peri peri yang lain. Butiran salju yang turun semakin
menyelimuti ladang flower. Semua merasa kehilangan dan merasa bersalah, berkat
Tama Snow Flower tumbuh dan berkat Tama fairyland indah kembali. dan ditangan
Tama terdapat selembar kertas yang berisi
“Ayah ibu,
akulah peri kecil yang kesepian itu. Akulah yang selalu menyendiri dan menangis
dimalam hari. Akulah yang mengacaukan desa ini. Tapi kini, peri kecil yang
kesepian sudah tidak ada lagi. Peri kecil yang kesepian berubah menjadi peri
kecil yang periang, peri kecil yang tidak akan menangis dimalam hari.
Seandainya aku dilahirkan kembali, aku ingin menebus kesalahan ku, aku tidak
ingin menyianyiakan hidup ku. Aku akan selalu menjadi peri kecil yang mempunyai
senyuman indah. Selamat tinggal peri kecil kesepian.”
Hay, namaku Erlyana Saputri Ramadhani. aku lahir di Surabaya pada tanggal 06 Januari 1999. Karena aku lahir tanggal 06 Januari, jadi zodiax'ku Capricorn dan karena aku lahir tahun 1999, Shioku adalah Macan. Aku asli orang Surabaya. Sejak aku dilahirkan sampai aku duduk dibangku kelas 2 SMP ini aku tinggal di Surabaya bersama keluargaku. Aku anak ketiga dari 3 bersaudara.
aku dan kakakku (kedua)
Sekarang ini, aku duduk dibangku kelas 2 SMP, di SMPN 26 Surabaya. Spentwosix (nama lain dari SMPN 26) adalah salah satu sekolah pilihanku setelah aku lulus dari SD dan melanjutkan sekolah ke SMP. Sejak SD aku selalu memimpikan untuk sekolah di Spentwosix, dan aku sangat senang sekali akhirnya aku bisa sekolah di sekolah yang aku impikan. Di sekolahku yang sekarang ini, aku sangat senang sekali karena disini aku mempunyai banyak teman, terutama seorang sahabat.
Menurut teman-temanku aku orangnya mudah marah :D, tapi menurut orang
tuaku aku orangnya mudah lupa. Setiap kali aku meletakkan
barang-barangku, terkadang aku lupa tempatnya dimana dan akhirnya
hilang.
Hobiku adalah Berenang. Setiap liburan terkadang aku berenang bersama teman-teman atau saudara-saudaraku. Selain berenang hobiku adalah Demus (Dengerin Musik) :)) hehee.. Biasanya kalau aku nganggur di rumah aku dengerin musik sambil tidur-tiduran. Nah, itu tadi sepintas tentang saya :) -dadaaa-
Saat indah yang pernah terlewati Bukan satu cerita yang tak bertepi Terpatri dalam sebuah hati *courtesy of LirikLaguIndonesia.Net Saat langkah telah menjadi kisah Bukan satu jejak yang tak berarti Terukir indah dalam sebuah kenangan
Jika Tuhan ijinkan kita tuk bersatu Maka takkan ada yang sanggup pisahkan kita Jika Tuhan ijinkan kita tuk selamanya
Maka selamanya cinta kita kan selalu abadi
Walau kita telah termiliki Percaya cinta kita takkan terhapus masa woo
Jika Tuhan ijinkan kita tuk bersatu
Maka takkan ada yang sanggup pisahkan kita Jika Tuhan ijinkan kita tuk selamanya (untuk selamanya)
Maka selamanya cinta kita kan selalu abadi
Jika Tuhan ijinkan kita tuk bersatu Maka takkan ada yang sanggup pisahkan kita Jika Tuhan ijinkan kita tuk selamanya
Steven William, salah satu aktor pendatang baru di dunia seni peran layar kaca. Sinetron Unggulan Indosiar yang tayang per 7 Juni 2010 setiap Senin sampai Jumat pukul 16:30 WIB. Dibawah arahan Rudi Aryanto dan Bobby M, penyuka makanan fried chicken ini beradu akting dengan Yuki Kato dan aktor/aktris lainnya.
Stefan William Umboh ini telah membintangi beberapa judul film, diantaranya, Best Friend dan Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets. Stevan William lahir di California (USA), 11 Agustus 1993 ini memiliki hobi maen games, basket, dan futsal. Stefan yang bercita-cita jadi sutradara ini sangat mengidolakan aktor Leonardo DiCaprio. Hal yang paling dibenci dari putra pasangan Klinton-Ellen ini adalah dibohongi.
Stefan William udah lulus SMA dan siap-siap mau kuliah. "Aku rencananya pengen kuliah tahun ini juga. Pengennya sih kuliah di IKJ karena pengen jadi sutradara. Selain itu, aku juga pengen ngambil jurusan komputer di Binus. Dua-duanya aku suka, kita lihat aja nanti mana yang lebih aku sukai," ujar Stefan saat berkunjung di studio Tabloid Gaul, Kamis, 22 Juli 2010.
Makna sahabat di mata Stefan William:
"Sahabat itu selalu saling membantu dan menolong di saat susah dan senang. Jadi sahabat itu udah kayak sodara karna kita bisa saling curhat dan membicarakan hampir semua hal."
Cc - http://rynabeby.blogspot.com/2010/09/biodata-stefan-william-2.html
Yuki Anggraini Kato atau lebih dikenali dengan panggilan Yuki Kato adalah pemeran Indonesia. Yuki Kato lahir di Malang, 2 April 1995 (18 tahun). Yuki Kato mulai dikenal setelah membintangi sinetron "Monyet Cantik" produksi Starvision bersama dua rekannya, Irshadi Bagas dan Esa Sigit. Selain menjadi pemeran utama dalam sinetron Heart Series dan My Love, Yuki yang hobi bersepeda dan membaca buku ini juga bermain bersama Raffi Ahmad dan Laudya Chintya Bella dalam Jodoh Arietta berperan sebagai adik Raffi Ahmad.
Selain berbakat besar dalam dunia akting Yuki juga pernah menunjukkan pontensi dalam bidang nyanyian apabila dia tampil berduet lagu OST My Heart dengan Irshadi Bagas dalam acara My Heart By Request di SCTV. Dan pada tahun 2010 Yuki kembali membintangi sinetron yang berjudul Arti Sahabat. YUKI berperan sebagai Ajeng. Dan lawan mainnya adalah Steven William Umboh berperan sebagai YUDHA.
Orang Tua Yuki Kato bernama Takeshi Kato,seorang Project Manager sebuah perusahaan besar di Jepang dan saat ini berada di Jepang dan datang setiap 3 bulan sekali untuk mengunjungi putri kesayangannya di Indonesia. Yuki Kato memiliki adik bernama Reina Kato. Yuki tinggal bersama ibu dan adiknya di Kota Wisata, Cibubur. Yuki sangat dekat dengan Keyna, Seisha, dan teman-teman se-Fajar Hidayah, juga dengan Amora, Fanie, dan teman-temannya se-Pilar Indonesia. Dia gemar bermain basket dan suka memakai sepatu Converse. Dan dia juga lebih singkat dipanggil Yuangka (yuki anggraini kato).(id.wikipedia)
Dimas
adalah anak orang kaya raya. Orang tua Dimas adalah pemilik perusahaan Semen di
Gresik. Dimas tinggal bersama kedua orang tuanya dan adik perempuannya yang
masih berusia 7 tahun di Surabaya dan sekarang Dimas telah berusia 17 tahun. Di
sebuah rumah yang megah Dimas dan keluarganya hidup. Tetapi, perusahaan orang
tua Dimas bangkrut karena ditipu oleh teman bisnisnya. Sejak saat itu, Rumah
dan isinya disita oleh bank. Dimas dan keluarganya harus keluar dari rumah itu
dan akhirnya mereka tinggal di rumah kontrakan mereka disuatu perkampungan.
Kondisi keluarga Dimas yang saat ini
membuat keluarga Dimas menjadi berantakan. Dimas tidak terlalu peduli dengan
keluarganya, Ibu Ratih (ibu Dimas) pergi meninggalkan suami, dan kedua anaknya
karena ibu Ratih tidak mau hidup miskin dan tinggal di rumah yang kecil itu.
“aku mau pergi dari rumah ini. Aku sudah tidak
tahan lagi kalau lama-lama tinggal disini. Aku juga mau menikah lagi dengan
orang yang lebih kaya dari kamu” kata Ibu Ratih
“Tapi
ratih, gimana nasib anak-anak kita kalau kamu meninggalkan kami?” kata pak
Burhan
“anak
kita? Enak aja! Itu anak kamu, bukan anak aku. Yaa.. Kamu jaga baik-baik anak
kamu itu. Aku mau pergi sekarang” kata Ratih. Ibu Ratih pergi meninggalkan
keluarganya dan hidup bersama keluarga barunya. Dimas selalu mementingkan dan
memperdulikan hidupnya sendiri tanpa memperdulikan keadaan keluarganya yang
saat ini berantakan. Dimas juga tidak terlalu dekat dengan adiknya.
Mutia
(adik Dimas) menangis dikamarnya melihat kedua orang tuanya bertengkar dan
ibunya yang pergi meninggalkannya. Tidak lama kemudian, Dimas pulang dari
sekolah. Dimas dikeluarkan dari sekolah karena biaya sekolah Dimas belum
dilunasi selama 5 bulan. tetapi, pak Burhan tidak tahu kalau Dimas dikeluarkan
dari sekolah.
Beberapa hari keluarga pak Burhan
tinggal di rumah kontrakannya, Mutia terserang penyakit DBD. Akhirnya Mutia
meninggal dunia karena keluarganya tidak mampu membawa Mutia ke Rumah Sakit. Pak
Burhan juga menderita sakit stroke semenjak pak Burhan di tinggal oleh
istrinya. 2 bulan setelah Mutia meninggal dunia, Pak Burhan juga meninggal
dunia. Kini Dimas tinggal sendiri tanpa kedua orang tuanya dan adiknya.
Akhirnya Dimas pergi dari rumah kontrakannya karena Dimas tidak mampu membayar
uang kontrakannya dan kini Dimas mencari tempat tinggal yang lain.
Dimas pergi ke suatu tempat yang
jauh dari perkampungan yang ia tempati bersama keluarganya. Dimas membuat rumah
yang sederhana dari kardus di pinggir pohon besar di tengah-tengah perdesaan
yang terpencil. Di rumah kardus itu Dimas hidup sendiri. Beberapa hari Dimas tinggal
di desa itu, Dimas berteman dengan anak perempuan seusianya. Dia bernama Resa.
Hari-hari Dimas di temani oleh Resa. Suatu hari, mereka saling cerita tentang
keluarganya.
“Kenapa
kamu sendiri? Mana keluarga kamu? Orang tua kamu dan saudara-saudara kamu?”
Tanya Resa.
“Disini
aku sendirian. Ayah dan adikku meninggal dunia, mereka meninggal karena
penyakit yang mereka derita. Sedangkan Ibuku pergi meninggalkan kami karena
ayahku mengalami kebangkrutan, dan ibuku menikah lagi dengan orang lain” jawab
Dimas.
"Ou, yang sabar yaa..
Memangnya Ayah dan adik kamu menderita sakit apa?” Tanya Resa
“Almarhum
ayahku menderita sakit Stroke semenjak beliau ditinggal pergi oleh ibuku,
sedangkan almarhuma adikku menderita sakit DBD. Keluarga ku tidak membawa adikku
ke Rumah Sakit, karena orang tua aku tidak bisa membayar biaya pengobantan di Rumah Sakit, dan akhirnya
adikku meninggal dunia. Ngomong ngomong, kamu asli orang sini ya?” Kata Dimas
“Engga
juga. Aku asli orang Jakarta. Perusahaan orang tua aku bangkrut gara-gara
perusahaan orang tuaku ditipu sama teman bisnisnya. Rumahku dan seisinya disita
oleh bank dan akhirnya aku dan keluargaku pindah ke desa ini. Dulu waktu aku
masih di Jakarta sangat berbeda denga aku yang sekarang tinggal di perdesaan
ini, dulu hidupku enak sekali minta ini itu selalu terpenuhi. Tetapi sekarang
keluargaku serba kecukupan, jadi aku harus mebiasakan diri hidup sederhana
tidak seperti dulu aku yang suka menggunakan uang orang tuaku untuk hal yang
tidak penting. Kalau kamu? Asli orang mana?” kata Resa
“aku
asli orang Surabaya. Cerita keluargaku sama seperti kamu. Perusahaan orang tua
aku juga mengalami kebangkrutan karena ditipu oleh teman bisnis orang tuaku.
Hidupku dulu juga terpenuhi tapi sekarang aku tidak punya apa-apa kecuali rumah
kardus buatanku ini. Yaa.. meskipun kecil tapi lumayan untuk tempat berlindung
dan beristirahat disini.” Kata Dimas
“kamu
jangan sedih ya, kan masih ada aku yang menemani kamu” kata Resa
“iya,
makasih ya Res. Oh ya res.. Gimana saudara-saudara kamu? Apa kamu anak
satu-satunya?” Tanya Dimas
“aku
punya 2 saudara, satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Aku anak kedua
dan aku perempuan sendiri diantara saudara-saudaraku. Aku sangat menyayangi
mereka, tapi mereka lebih dulu meninggalkan aku dan kedua orang tuaku. Dulu,
waktu liburan aku dan keluargaku berlibur ke Bali. Di tengah-tengah perjalanan
pulang, kami mengalami kecelakaan. Mobil yang kami tumpangi menabrak truk,
kakak dan adikku meninggal dunia dan hanya aku dan kedua orang tuaku yang
tertolong” jawab Resa
“Ou,
semoga amalnya di terima disisi-Nya” kata Dimas
“Iya,
Amin. Makasih ya Dim” kata Resa
Setelah lama mereka berdua saling
bercerita tentang keluarganya, Dimas dan Resa pergi jalan-jalan keliling desa.
Dimas dan Resa istirahat di bawah pohon beringin yang besar dan mereka duduk
berdua dan saling bercerita.
“eh
Dim, hobi kamu apa?” Tanya Resa
“apa
yaa..?? hehee.. Sejak kecil aku suka berenang sama teman-teman sabayaku. Aku
nggak mau renang kalau nggak di rumahku. Rumah yang aku tinggali sama
keluargaku sebelum orang tuaku bangkrut ada kolam renang yang biasanya aku buat
renang bersama teman-teman sebayaku. Kalau kamu res?” kata Dimas
“Sejak
kecil aku suka menggambar dan mewarnai. Almarhum kakekku sangat berbakat dalam
melukis, menggambar, dan juga mewarnai. Beliau sangat suka melukis pemandangan.
Dulu almarhum kakekku yang mengajari aku menggambar dan mewarai, tetapi sejak
almarhum kakekku meninggal dunia, aku belajar menggambar dan mewarnai sendiri.
Oh yaa.. kamu suka nggak menggambar atau mewarnai?” kata Resa
“Suka
tapi sedikit, hehee.. dari dulu nggak ada yang mengajari aku menggambar dan
mewarnai. Jadi aku tidak terlalu berbakat dalam menggambar dan mewarnai, nggak
seperti kamu yang berbakat dalam menggambar dan mewarnai” kata Dimas
“Hahaa..
bisa aja kamu.. Kalau gitu kita gambar sama mewarnai bareng-bareng yukk.. kita
gambar pemandangan desa ini” kata Resa
“Oke!”
kata Dimas
Setelah mereka duduk dan
beristirahat mereka pulang ke rumah Resa. Mereka berdua menggambar
pemandangan disekitar rumah Resa.
“eh,
Res. kamu ganbar apa? Waa.. bagus banget gambaran kamu” kata Dimas
“hehee..
makasih Dimas.. Ini aku gambar posisi rumah aku. Di tengah-tengah desa yang
terpencil ini rumah aku berada dan di kelilingi oleh pohon-pohon besar yang
membuat suasana rumah aku menjadi sejuk” kata Resa
“Hhmmm..
iya bener. Kalau gitu aku juga gambar rumah kardus aku. Di bawah pohon besar
yang melindungi rumah kardus aku dari sinar matahari, yang membuat rumah aku
terasa tidak terlalu panas.” Kata Dimas
“hahaa..
Dimas , Dimas..” balas Resa
Mereka berdua menggambar rumah
mereka yang saat ini mereka tempati. Rumah yang ada di tengah desa yang
terpencil dan dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang membuat rumah mereka
terasa sejuk.
“eh
liat ini, bagus kan gambaran aku..” kata Dimas
“Iya,
ini bagus banget Dim. Waaa.. ternyata kamu jago gambar juga yaa..” kata Resa
“hahahaa..
yaiyalah , Dimas gituloo” kata Dimas
Dimas dan Resa saling ketawa bareng
melihat gambaran mereka dan anak-anak kecil yang bermain kejar-kejaran di depan
rumah Resa. Anak-anak kecil disini banyak yang tidak sekolah karena kondisi
keluarga mereka yang tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sehingga
anak-anak kecil di desa ini waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar
mereka habiskan untuk bermain bersama teman-temannya. Dimas dan Resa ingin
mengajak mereka untuk menggambar dan mewarnai, supaya mereka bisa menggambar
dan mewarnai dan hari-harinya tidak selalu dihabiskan untuk bermain.
“eh
adik , adik.. mau apa enggak kakak ajari menggambar dan mewarnai??” Tanya Dimas
“
Mau kaaaaakkk..” jawab anak-anak kecil
“Kalau
gitu ayo ikut kakak ke rumah kakak.. tapi rumah kakak agak jauh dari sini,
tidak apa-apa kan..??” kata Dimas
“iya,
gak apa-apa kak” kata anak-anak kecil
“tapi
sebelumnya kalian harus berpamitan dulu sama orang tua kalian, supaya mereka
tidak kebingunan mencari kalian, atau kalian boleh mengajak orang tua kalian
buat nganterin kalian ke rumah kakak. Nanti kita jalan bareng-bareng kesana”
kata Dimas
“iya
kak. Sebentar ya kak, kita pulang dulu” kata anak-anak kecil
“iya,
kakak tunggu disini” kata Dimas
“eh
Dim, aku masuk rumah dulu ya.. aku mau ambil kertas buat gambar sama krayon
buat mewarai” kata Resa
“ohh..
iya res.. aku tunggu disini ya” kata Dimas
Beberapa saat kemudian, anak-anak
kecil bersama orang tuanya datang dan mereka segera pergi ke rumah Dimas untuk
melihat anak-anaknya yang akan diajari menggambar dan mewarnai. Mereka jalan
bersama dari rumah Resa ke rumah Dimas. Di perjalanan Dimas dan Resa mengajak
anak-anak kecil untuk bernyanyi bersama agar mereka tidak merasa kecapek’an
karena perjalanannya lumayan jauh
“adik-adik,
kita nyanyi bareng-bareng yukk..” kata Dimas
“yee..
kita nyanyii” kata anak-anak kecil
“Bintang
kecil dilangit yang biru.. amat banyak menghias angkasa.. aku ingin terbang dan
menari.. jauh tinggi ketempat kau beradaa..” sepanjang perjalanan mereka
bernyanyi bersama-sama
“akhirnya
kita sampai juga. Kalian boleh gambar apa saja terserah adik-adik. Apa yang
adik ingin gambar silahkan digambar. Oh yaa, Orang tuanya boleh membantu
anak-anaknya..” kata Dimas
“Ini
kakak Resa kasih kertas buat gambar, sekarang adik-adik gambar yang bagus yaa..
disini kak Dimas dan kak Resa akan mengajari menggambar dan mewarnai adik-adik
semua” kata Resa
“nama
adik siapa? adik mau gambar apa?” Tanya Dimas
“nama
aku Putri kak. Ini kak, aku mau gambar pesawat. Jelek ya kak..?? L”
kata putri (salah satu dari mereka)
“ohh..
Enggak.. Ini bagus kok pesawatnya. Kenapa Putri kok gambar pesawat? Kenapa
tidak gambar gunung atau rumah? Seperti teman-teman Putri yang lain?” Tanya
Dimas
“Enggak
kak.. Soalnya Putri ingin naik pesawat. Tetapi orang tua Putri tidak punya uang
buat naik pesawat yang ada di langit-langit itu kak. Jadi, Putri Cuma bisa
gambar pesawat-pesawat itu. Putri sering gambar pesawat di rumah, tapi gambar
pesawat Putri kurang bagus kak. Kakak bantuin Putri gambar pesawat yang bagus
yaa kak..” kata Putri
“Iya,
kakak bantuin. Kalau putri mau gambar pesawat, Putri harus gambar tubuhnya
dulu, baru sayap-sayapnya. Sini kakak buatin pesawat, nanti Putri contoh
pesawat buatan kakak. Nii pesawatnyaa.. bagus kan..??” kata Dimas
“Waa..
bagus kak.. Putri coba gambar ya kaak..” kata Putri
Di depan rumah Dimas, Dimas dan Resa
mengajari anak-anak kecil menggambar dan mewarnai. Mereka sangat bahagia bisa
menggambar dan mewarnai.
“kak
Resa, ini gambar rumah buatanku. Bagus kan kak?” , “kak ini gambar gunung
buatanku, bagus juga kan kak?” , “gambar pohon besarku juga bagus kan kak? blab
la blaa..” tanya anak-anak kecil
“gambaran
kalian bagus-bagus, kakak bangga sama kalian” kata Resa
Setelah mereka menggambar dan
mewarnai, Dimas dan Resa mengajak anak-anak kecil bermain dan membuat lingkaran
yang besar. Mereka membuat lingkaran yang mengelilingi Dimas dan Resa, mereka
semua bernyanyi bersama, setelah bernyanyi mereka bergandengan dan melompat
bersama. SELESAI
Ini adalah
desa fairyland . Semua yang tinggal disini adalah para peri, tidak hanya
manusia peri pun mempunyai kehidupan sama seperti manusia. Peri peri itu
bertugas menyuburkan bunga-bunga hingga bermekaran dengan indahnya . Jika bunga-bunga
telah tumbuh dengan indah maka tumbuh lah bunga suci di flowerland, karena
bentuk bunga itu putih dan suci, para peri menyebutnya snow flower. Bunga itu
adalah bunga terindah dari bunga-bunga lainnya. konon siapapun yang mencium
snow flower cinta mereka akan abadi untuk selamanya.
Di pagi hari
yang cerah terlihat lah aktivitas para peri dengan senyum yang menyejukan hati.
Di pelosok desa terdapat rumah kecil dengan cerobong asap diatasnya dan kebun
buah jeruk yang sederhana. Disana tinggallah seorang peri yang bernama Tama,
peri yang sebatangkara, hidup hanya sendiri tanpa senyuman. Penduduk fairyland
menyebut Tama adalah peri monster. Tidak ada yang menemaninya . Keadaan
tersebut membuat Tama semakin naik darah dan kesal. Dulu Tama dikenal dengan
peri yang periang, namun suatu ketika terjadi bencana terhadap ayah dan
ibunya, Tama menjadi peri yang pemarah . Ayah dan ibunya dibuang dan diasingkan
entah kemana oleh raja peri karena mereka telah memetik bunga
terlarang. Padahal mereka mencari bunga terlarang itu untuk mengobati Tama yang
terkadang sihirnya tidak bisa digunakan.
Ketika malam
tiba Tama berbaring diantara pohon pohon jeruk peninggalan ayah dan ibunya. Ia
melamun sambil melihat bintang diatasnya, terlihat sosok ayah dan ibunya. Rupanya
ia merindukan kedua orang tuanya, dan kemudian ia menangis. Tak sadar ternyata
cairan kental warna merah keluar begitu saya dari mulutnya. Tama menghapus
darah itu sambil tersenyum dan menangis. Tidak terasa ternyata ia tertidur
disana.
“hey, hey
bangun”
terdengar suara dari telinga tama, masih dalam setengah sadar Tama pun perlahan
lahan membuka matanya, Tama terkejut heran dan berkata
“hah , siapa kamu ?”
“aku nick, siapa nama mu?”
“pergi kamu !”
Tama pun berlari dan masuk ke rumahnya.
Tama diam dan
berfikir, ia heran mengapa laki laki itu berada disana. tidak lama Tama berdiam
diri, lalu ia bergegas untuk menyirami pohon-pohon jeruknya. Dengan
kekuatan peri yang dimiliki, ia mengusap-usapkan kedua tangannya dan berbuahlah
pohon itu. Kemudian Tama pergi untuk menjual buah
jeruk hasil perkebunannya itu. Ketika di tengah keramaian, semua peri
menghindar dari hadapan Tama. Dari jauh pandangan ada sesuatu yang perlahan
lahan mendekat, ternyata peri yang tadi pagi membangunkan Tama dari tidurnya.
Tama terkejut dan berlari, tanpa sadar buah yang ia bawa jatuh berhamburan
begitu saja. Nick memungutnya dan menaruh buah itu di kebun jeruk Tama.
Sudah cukup
banyak bunga yang bermekaran di desa fairyland dan kemungkinan besar SnowFlower
akan tumbuh. Para peri sudah sangat menanti kedatangan SnowFlower, namun entah
apa yang terjadi tiba-tiba bunga-bunga di Fairyland layu, kering dan mati.
Semua peri kecewa akan hal ini, mereka tetap berusaha menghidupkan
kembali bunga yang sudah mati itu. Namun tidak ada hasil, bunga bunga itu tetap
saja mati. Tama menghampiri salah satu bunga yang sudah mati itu dan para peri
yang lain menjauh bahkan mencemooh Tama. Dengan kekuatannya Tama mencoba
menghidupkannya, alhasil bunga itu hidup dan bermekaran. Para peri yang melihat
dari kejauhan heran dan menghampiri Tama. Tama tersenyum
dan.. Praaaaakkkkkkk !!
Tama terjatuh dan pingsan. Tidak ada satu pun yang berani mendekati Tama.
Kemudian sang pahlawan menghampiri.
“Kenapa pada
bengong, cepet tolongin dia !!.”
seru Nick dengan nada tinggi.
Mendekatlah
semua para beri yang terbengong itu. Tama dibawa ke rumah salah seorang peri
tua, mereka menyebutnya tabib.
“Peri kecil
ini mempunyai kelebihan dari peri peri lain, tingkatan sihirnya
lebih besar dari peri manapun, tapi sayang energi yang ia miliki hanya
sedikit, sihir peri kecil ini memakan energi yang cukup banyak, semakin ia
sering menggunakan sihir semakin bahaya bagi dirinya, sesudah menggunakan ia
bisa tak sadarkan diri untuk berhari hari bahkan untuk selamanya.” Penjelasan
tabib.
Penjelasan
tabib itu membuat para peri yang ikut mengantar Tama tercengang heran.
***
Satu hari berlalu Tama belum siuman juga. Semakin banyak peri yang berdatangan
mengunjungi Tama di kediaman tabib itu.
“Hey tabib, apa yang harus kami lakukan agar peri kecil ini siuman ?”
teriak salah satu peri dari jarak yang agak jauh.
“hanya ada satu cara agar peri kecil ini bangun.” jawab sang tabib
“Apa??” sahut para peri serempak
“Memberikan energi untuk peri kecil ini.”
“Memberikan energi ? itu bisa membahayakan diri kita tabib.”
“Jadi kalian lebih mementingkan diri kalian sendiri, kalian itu peri atau setan
sih!” sanggah Nick dengan hati yang kesal sambil berjalan menuju tabib dan
berkata,
“Pak tabib aku ingin memberikan sebagian energi ku untuk peri kecil ini”
“Aku juga”
“Aku juga”
“Aku juga”
Dan akhirnya semua peri memberikan energinya untuk Tama.
Tama
terbangun dengan mata yang sayu dan badan yang lemas.
“Dimana aku ?” tanya Tama sambil celingak celinguk melihat keadaan sekitar.
“Kamu dirumah ku nak” jawab tabib dengan senyuman.
“Akhirnya peri kecil bangun juga” sambar Nick dengan gembira.
“Kamu lagi, ngapain kamu disini ? kenapa disini banyak peri ?”
Sang tabib
menceritakan dengan detail kejadian yang dialami Tama. Lalu tama kembali ke
istana kecil miliknya dengan ditemani Nick. Mereka berdua berbincang bincang
dan mulai berteman akrab.
***
Pagi hari hari yang cerah, udara begitu sejuk, kicauan burung banyak terdengar
dan rumput rumput pun menari akan angin yang sepoi sepoi. Pertama Tama mencoba
untuk memekarkan bunga yang ada di depan rumahnya itu. Berhasil, ia berhasil
menjadikan bunga itu indah. Buah jeruk sudah panen, Tama pun memetiknya, ia
berniat untuk membagi-bagikan hasil panennya untuk penduduk Fairyland dalam
rangka ucapan terimakasih atas bantuannya kemarin. Langkah demi langkah ia
jalani, ia melihat sekitar. Betapa buruknya desa fairyland ini. Tak ada satupun
bunga yang bermekaran yang ada hanya bunga mati yang tak pantas untuk
dipandang. Dengan kekuatan yang ia miliki, ia mencoba menghidupkan bunga yang
mati. Satu per satu bunga kini bermekaran dengan warna warna yang indah.
Disaksikan oleh peri peri yang lain, lalu mereka bekerja sama memekarkan
bunga-bunga dengan senyum, tawa, dan bahagia.
Butiran-butiran
salju turun, pertanda Snow Flower akan tumbuh. Sebenarnya itu bukan
butiran salju, melainkan serbuk-serbuk putih dari Snow Flower. Mengetahui hal
tersebut para peri mendatangi ladang flower untuk menyaksikan indahnya Snow
Flower. Tama berjalan di bopong Nick sambil tertatih-tatih dengan energi yang
sangat sedikit.
“Kamu gak papa ?” tanya Nick sambil melihat wajah Tama.
Pemandangan indah yang luar biasa sedang disaksikan oleh semua peri, Tama dan
Nick.
“Seandainya saja ada ibu dan ayah ku” ucap Tama dalam hati sambil meneteskan
air mata..
Praaaakkkkkk.. Tama terjatuh.
Pemandangan indah dialihkan begitu saja, semua mata dan perhatian tertuju ke
Tama. Mereka semua menghampirinya dan berusaha memberikan energi untuk peri
kecil itu. Sayang sudah terlambat, Tama mati di ladang flower, di temani dengan
Snow Flower dan juga peri peri yang lain. Butiran salju yang turun semakin
menyelimuti ladang flower. Semua merasa kehilangan dan merasa bersalah, berkat
Tama Snow Flower tumbuh dan berkat Tama fairyland indah kembali. dan ditangan
Tama terdapat selembar kertas yang berisi
“Ayah ibu,
akulah peri kecil yang kesepian itu. Akulah yang selalu menyendiri dan menangis
dimalam hari. Akulah yang mengacaukan desa ini. Tapi kini, peri kecil yang
kesepian sudah tidak ada lagi. Peri kecil yang kesepian berubah menjadi peri
kecil yang periang, peri kecil yang tidak akan menangis dimalam hari.
Seandainya aku dilahirkan kembali, aku ingin menebus kesalahan ku, aku tidak
ingin menyianyiakan hidup ku. Aku akan selalu menjadi peri kecil yang mempunyai
senyuman indah. Selamat tinggal peri kecil kesepian.”
Hay, namaku Erlyana Saputri Ramadhani. aku lahir di Surabaya pada tanggal 06 Januari 1999. Karena aku lahir tanggal 06 Januari, jadi zodiax'ku Capricorn dan karena aku lahir tahun 1999, Shioku adalah Macan. Aku asli orang Surabaya. Sejak aku dilahirkan sampai aku duduk dibangku kelas 2 SMP ini aku tinggal di Surabaya bersama keluargaku. Aku anak ketiga dari 3 bersaudara.
aku dan kakakku (kedua)
Sekarang ini, aku duduk dibangku kelas 2 SMP, di SMPN 26 Surabaya. Spentwosix (nama lain dari SMPN 26) adalah salah satu sekolah pilihanku setelah aku lulus dari SD dan melanjutkan sekolah ke SMP. Sejak SD aku selalu memimpikan untuk sekolah di Spentwosix, dan aku sangat senang sekali akhirnya aku bisa sekolah di sekolah yang aku impikan. Di sekolahku yang sekarang ini, aku sangat senang sekali karena disini aku mempunyai banyak teman, terutama seorang sahabat.
Menurut teman-temanku aku orangnya mudah marah :D, tapi menurut orang
tuaku aku orangnya mudah lupa. Setiap kali aku meletakkan
barang-barangku, terkadang aku lupa tempatnya dimana dan akhirnya
hilang.
Hobiku adalah Berenang. Setiap liburan terkadang aku berenang bersama teman-teman atau saudara-saudaraku. Selain berenang hobiku adalah Demus (Dengerin Musik) :)) hehee.. Biasanya kalau aku nganggur di rumah aku dengerin musik sambil tidur-tiduran. Nah, itu tadi sepintas tentang saya :) -dadaaa-